Lapisan air mata (tear film) merupakan bagian terluar dari permukaan bola mata. Lapisan air mata berfungsi untuk menjaga permukaan mata agar tetap terlubrikasi dan memberikan perlindungan terhadap iritan, benda asing, dan mikroorganisme. Lapisan air mata terdiri dari 3 komponen yakni minyak (lipid), air (aqueous), dan lendir (mucin). Ketiga komponen ini membentuk keseimbangan yang kompleks dan sensitif yang mampu mempertahankan stabilitas lapisan air mata.
Mata kering (dry eye) adalah kelainan multifaktorial dari lapisan air mata yang menimbulkan gejala berupa rasa tidak nyaman seperti nyeri, mengganjal, dan mudah iritasi, gangguan penglihatan, dan ketidakstabilan lapisan air mata dengan potensi kerusakan di permukaan mata (kornea). Dry eye ditandai dengan adanya peningkatan kekentalan (osmolaritas) air mata dan dapat disertai peradangan pada kornea.
Gejala yang dapat dirasakan sangat bervariasi, mulai dari rasa terbakar, perih atau kering pada mata, rasa mengganjal atau sensasi benda asing, mata tidak nyaman dan mudah lelah, mata berair (tearing), mudah merah berulang, hingga gangguan penglihatan yang bersifat fluktuatif akibat air mata yang tidak merata.
Dry eye dapat terjadi akibat 3 mekanisme ini:
Penurunan produksi air mata atau aqueous deficient dry eye (ADDE)
ADDE merupakan keadaan dimana terjadi penurunan produksi komponen aqueous (air) dari air mata. Kondisi ini berhubungan dengan proses penuaan (aging), perubahan hormonal pada menopause, atau penyakit autoimmune yang mungkin diderita, khususnya Sjogen syndrome.
Kerusakan kelenjar Meibom pada kelompok mata atau Meibomian Gland Dysfunction (MGD)
MGD adalah kondisi tersumbatnya kelenjar meibom yang berperan menghasilkan lapisan minyak pada air mata dan penyebab tersering dry eye. Persentase MGD pada populasi Asia lebih besar dibandingkan populasi lainnya yakni 46-70%.
Penguapan air mata berlebih atau evaporative dry eye (EDE)
EDE merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan penguapan air mata yang seringkali berhubungan dengan faktor eksternal, seperti paparan AC, kelembaban ruangan yang rendah, tingginya aktivitas visual dengan layar monitor, penggunaan lensa kontak lama, dan sebagainya.
Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis mata kering meliputi penilaian derajat keluhan mata kering (symptoms) dan pemeriksaan objektif terhadap tanda-tanda mata kering (signs). Pemeriksaan tersebut meliputi:
Pasien diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan sederhana berupa kuisioner untuk menilai derajat keluhan dry eye, apakah tergolong ringan, sedang, atau berat.
Kadar kekentalan (osmolaritas) air mata dapat diukur menggunakan TearLab® osmometer. Apabila hasil pemeriksaan Tearlab menunjukkan keadaan hiperosmolaritas, artinya dapat dipastikan terdapat kondisi dry eye dimana keseimbangan air mata tidak dapat dipertahankan.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai stabilitas air mata. Penilaian ini dilakukan dengan meneteskan zat warna yang aman yang disebut dengan fluorescein, kemudian akan dinilai seberapa cepat atau berapa detik air mata mengalami perpecahan atau penguapan (break up).
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai derajat peradangan dan kerusakan permukaan mata menggunakan zat warna yang sama dengan sebelumnya yakni fluorescein. Dokter mata akan mengevaluasi area permukaan mata yang terwarnai akibat adanya kerusakan permukaan mata atau kornea.
Pemeriksaan meibography bertujuan untuk menilai kondisi kelenjar meibom di kelopak mata apakah terdapat kerusakan pada kelenjar meibom dan seberapa luas persentase kerusakan tersebut telah terjadi.
Pemeriksaan Schirmer bertujuan untuk menilai produksi air mata. Pemeriksaan ini menggunakan kertas Schirmer yang diletakkan pada tepi kelopak mata, kemudian ditunggu sampai dengan 5 menit untuk menilai area yang terbasahi oleh air mata yang menunjukkan jumlah air mata yang dapat diproduksi.
Secara umum pengobatan terhadap mata kering ditujukan pada masing-masing kondisi dijumpai.